Cerpen : Mas Zikri sudah pulang
Cerpen hasil ngabuburit 15 Ramadhan 1435 H. Silahkan dibaca :)
Danau yang airnya jernih ini
menjadi saksi betapa rapuhnya hati Aminah. Air mata terus turun membasahi
rerumputan dibawah kakinya. Rasa kehilangan yang amat dalam karena suaminya,
Mas Zikri, begitu Aminah biasa memanggilnya,pergi ke luar pulau selama satu
tahun untuk melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara , sebagai Tentara
Republik Indonesia. Aminah tak kuasa lagi menahan kesedihan ketika diberi kabar
bahwa Zikri akan ditugaskan untuk pergi ke Palestina menjadi pasukan
perdamaian. Tak terbayang bagaimana nanti Mas Zikri kesayangannya itu harus
berjuang dan bagaimana nanti nasibnya, yang Aminah harpkan hanyalah keselamatan
Mas Zikri.
Hari esok Mas Zikri pergi ke
wilayah perang itu. Berita-berita di TV yang dilihat Aminah membuat dia semakin
perih hatinya. Banyak korban tewas karena amukan bom dari negara paling kejam
sedunia, Israel. Bagaimana jika nanti Mas Zikri yang akan menjadi korban
berikutnya? Pikiran itulah yang selalu terbayang dalam benak Aminah
Suatu sore, lagu dangdut yang
menjadi nada dering telepon genggam aminah mengalun merdu. Rupanya itu adalah
telepon dari Mas Zikri yang sekarang berada di Kalimantan.
“Assalamualaikum, dek Minah” sapa
Zikri dari ujung telepon
“Waalaikumsalam Mas, gimana
kabarmu? Aku kangen Mas, kapan sampeyan pulang?” Jawab Aminah panjang lebar
“Alhamdulillah dek, aku
sehat-sehat wae. Kabarmu gimana tho? Aku juga kangen banget sama kamu, sama
Nawala, tapi maaf dek Mas sekarang belum bisa pulang”
“Nawala sekarang nangis terus
mas, katanya inget kamu, kangen kamu. Aku juga sehat. Tiap hari aku doa sama
Gusti Allah mas, biar kamu cepet selesai tugasnya” Aminah kini sedikit terisak
“Aku juga berdoa terus dek, Insya
Allah nanti kalau sudah waktunya ya. Dek Aminah sayangku, ada yang harus mas
katakan”
“apa mas?”
“Besok Mas sudah harus berangkat
ke Palestina dek. Doakan Mas-mu ini ya sayang. Mas berjuang untuk membela agama
juga. Kamu tau kan gimana kejamnya Israel? Ini tugas mulia dek. Insya Allah,
Allah akan selalu melindungiku dan teman-temanku. Jangan bersedih, doakan aja.
Mas yakin doa istri sholehah sepertimu pasti dikabulkan Allah”
Deg. Jantung Aminah berdetak
kencang. Nafasnya tercekat. Ternyata hari yang selalu ingin dihindarinya adalah
hari besok, hari keberangkatan suaminya ke Palestina. Sekuat hati Aminah
menjawab telepon.
“I-i ii ya mas, Insya Allah
Aminahselalu mendoakan Mas Zikri, Nawala juga begitu. Bagaimanapun juga ini
tugas dan salah satu bentuk jihad. Berapa lama mas disana?”
“Dua bulan dek, namun bisa lebih,
tergantung situasinya. Dan selama disana Mas akan jarang meneleponmu karena
banyak kendala yang harus dihadapi. Titipkan salam kangen dan cintaku untuk
Nawala ya”
“Iya Mas Zikri cintaku. Aku tak
bisa mencegah kepergianmu mas. Doaku selalu menyertaimu. Jaga kesehatan dan
jaga niatmu mas. Mudah-mudahan Allah selalu melindungimu dan memberikan balasan
yang setimpal untuk perjuanganmu dan teman-temanmu Aamiin”
“Aaamiiin ya Rabb. Dek Aminah,
kusudahi dulu ya teleponnya. Jangan bersedih. Aku tahu ini sulit, tapi aku
janji akan pulang tepat waktu dengan selamat. Wassalamualaikum”
“Iya Mas Zikri. Doakan aku juga
supaya aku kuat menjalani ini. Waalaikumsalam”
Aminah hanya bisa pasrah dan
menangis. Ketika adzan Isya berkumandang, ia segera pergi mengambil wudhu dan
melangkahkan kaki ke Masjid, tempat yang paling ia sukai untuk mengadu kepada
Allah lewat doanya
***
“Ya Rabbi, besok suami hamba
tercinta, Mas Zikri, akan pergi ke negara Palestina untuk menyelamatkan warga
disana. Ya Rabbi, aku tahu ini tugas yang sangat mulia, tapi ini sangat
membahayakan keselamatan Mas Zikri. Ya Allah hanya doa ini yang bisa
kupanjatkan padamu. Tolong bantulah Mas Zikri menyelesaikan tugasnya dengan
baik, lindungilah ia, berikanlah kesehatan dan keselamatan untuknya. Dan
berikan hamba kekuatan untuk menjalani ini semua. Engkau Sbeaik-baiknya
pelindung Ya Rabb dan hamba yakin Engkau akan mengabulkan doa hamba aamiin”
Doa inilah yang selalu Aminah
panjatkan setiap pagi siang dan malam di setiap sujudnya. Setelah adanya
telepon itu, Aminah semakin pasrah terhadap kenyataan. Dia yakin Mas Zikri bisa
menjalankan tugas dengan baik dan menepati janjinya.
Nawala, anak satu satunya hasil
pernikahan mereka, setiap hari menanyakan kabar anaknya. Aminah hanya bisa
mengusap rambut anaknya sambil menasehatinya untuk bersabar dan selalu
mendoakan ayahnya. Nawala baru berusia 9 tahun, tapi dia mengerti bagaimana
kondisi ayahnya yang harus bekerja membela negara dan menyebabkan anak-bapak
ini jarang bertemu.
Suatu hari, satu bulan setelah
terjadinya percakapan Aminah dan mas Zikri di telepon, beberapa televisi
menyiarkan kabar yang membuat Aminah ketar-ketir. Beberapa pasukan perdamaian
dari negara-negara islam ikut tewas terkena serangan bom besar di Jalur Gaza
oleh tentara Israel. Diantaranya 5 orang dari negara Indonesia.
Betapa hancurnya hati dan
perasaan Aminah. Ia takut Mas Zikri menjadi salah seorang diantara lima orang
tentara Indonesia yang tewas tersebut. Berulang kali ia ingin menelepon tapi
dia tidak tahu harus menelepon kemana. Berulang kali ia ingin bertanya tapi
entah ke siapa. Semua saluran televisi sudah ditontonnya untuk mengetahui
sebenarnya siapa saja korban yang terkena bom itu, namun hasilnya nihil. Belum
ada kepastian nama-nama tentara yang menjadi korban. Hati dan perasaan Aminah
hancur. Ia juga tak sanggup memberi tahu Nawala tentang kenyataan ini.
Ia kembali pergi ke Masjid,
bersujud di atas sajadah pemberian Mas Zikri. Menangis memohon keselamatan
suami kesayangannya. Entah berapa banyak lagi air mata yang terkuras. Ia hanya
memohon satu permintaan. Zikri, suaminya segera kembali pulang dengan selamat.
Beberapa hari setelah berita mengagetkan tersebut, berita lain segera
menyusul. Nama-nama tentara yang tewas di Palestina sudah diketahui dan
ternyata Allah menjawab doa Aminah. Nama Zikri Nur Firmansyah tidak ada dalam
daftar tersebut. Mas Zikri masih hidup, masih selamat. Sujud syukur langsung ia
panjatkan. tangis bahagia dan lega pecah. Nawala yang baru pulang sekolah
bertanya pada ibunya
“Ibu, kenapa? Ada apa dengan
ayah?”
“Alhamdulillah ayah masih selamat
nak, ayah masih selamat. Ayah masih bertugas dan akan segera pulang menemuimu”
“Ibu tau dari mana? Apa ayah
nelpon tadi?”
“Dari tv nak. Doakan terus ayahmu
ya nak. Ini juga berkat doa anak sholeh sepertimu”
“iya bu”
Beberapa hari kemudian, telepon
genggam aminah berbunyi. Nomor asing. Cepat-cepat aminah mengangkat teleponnya.
“Assalamualaikum, siapa ini?”
“Waalaikumsalam, Dek Minah”
Ini adalah suara yang paling
dirindukan Aminah. Suara Mas Zikri. Tak terasa air mata mengalir ke pipinya.
“Mas Zikri, Alhamdulillah, Allah
masih melindungimu. Aku bahagia sekali. Kapan kau pulang mas?”
“ Alhamdulillah dek,
alhamdulillah. Allah masih melindungiku. Kabar gembira dek. Kepulanganku
dipercepat. Besok aku akan kembali ke tanah air. Besok aku akan bertemu kamu
dan Nawala”
Sujud syukur kembali aminah
panjatkan. Kabar ini adalah kabar paling menggembirakan baginya.
“Masya Allah, Allah selalu
mendengar doaku mas. Aku pasti tunggu kamu di rumah mas, bahkan sampai larut
malam pun akan kutunggu kepulanganmu mas Zikri”
“iya dek, iya. Tunggu masmu. Jangan
lupa berdzikir biar hatimu tenang. Sudah Dulu ya dek Minah. Assalamualaikum”
“Iya mas Waalaikumsalam”
Setelah telepon itu Aminah tak
bisa tidur. Ia terus menunggu kepulangan suaminya, Mas Zikri. Setelah sholat ia
tak lupa memanjatkan syukur atas keselamatan suaminya menjalankan tugas.
Saat yang dinanti pun
tiba.Keesokan harinya, jam 03.00 dini hari, terdengar suara ketukan di
rumahnya. Aminah dan Nawala yang tidak tidur demi menunggu Zikri pulang berlari
menuju pintu rumahnya. Pintu pun terbuka dan sosok mas Zikri kesayangannya
muncul dihadapannya dengan memakai seragam kebanggaannya. Mereka bertiga pun
berpelukan dan air mata bahagia mengalir di pipi mereka.
Komentar
Posting Komentar