Pasca Pemilihan Presiden 2014 : Quick Count?
Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 9 Juli 2014, saya merupakan salah satu pemilih pemula yang baru pertama kali ikut berhak memilih calon pemimpin untuk Indonesia lima tahun kedepan. Saat yang paling saya tunggu, karena dari dulu cuma bisa liat di televisi. Sekarang di usia saya di 19 tahun, saya mulai tertarik dengan politik.
Beberapa bulan sebelumnya, saya juga ikut nyoblos pas pemilihan legislatif. Tapi nggak begitu excited sih. Entah kenapa, mungkin udah capek juga ngeliat para wakil rakyat yang nggak amanah. Tapi saya tetep milih yang terbaik diantara mereka lah. Meskipun ada beberapa pilihan yang sebenarnya nggak dikenal.
Tapi beda banget dengan pemilihan presiden kali ini. Excited banget. Nggak sampai ikut jadi tim sukses sih, tapi setidaknya saya ikut liat pengundian nomer urut ,mendalami visi-misi kedua pasangan calon presiden dan wakilnya, nonton debat capres, ngeliat perkembangan mereka di TV dan Internet, dan akhirnya setelah pertimbangan panjang, pilihan saya jatuh kepada presiden nomor urut dua (2), bapak Joko Widodo danbapak Jusuf Kalla meskipun awalnya agak ragu sih karena ngerasa bapak Jusuf Kalla nggak perlu lagi jadi wakil presiden, meskipun memang banyak solusi-solusi yang muncul dari ide bapak Jusuf Kalla untuk Indonesia, tapi menurut saya, kepemimpinan itu butuh regenerasi mengingat usia bapak Jusuf Kalla yang seharusnya sudah pensiun. Tapi karena saya yakin dengan kemampuan bapak Joko Widodo sebagai calon presiden, akhirnya saya tetep milih pasangan fenomenal itu.
Jam 8 pagi, tanggal 9 Juli di pesta demokrasi, dengan dua jari saya langsung coblos Jokowi. Hahahahaha
Well, setelah ngeliat hasil quick count yang membingungkan saya langsung bingung yang kedua kalinya. Tapi banyak sih yang mengganjal dari situ. Beberapa TV pendukung calon presiden nomor urut 1 (Prabowo Subianto-Hatta Rajasa) memberikan hasil quick count yang berbeda dengan lembaga survey kebanyakan. Tapi saya cuma bisa positive thinking aja sih. Kata ketua KPU Bapak Husni Kamil Malik, pemilu yang demokratis itu hasilnya nggak bisa ditebak. Jadi pemilu Indonesia sekarang udah demokratis dong yaa? Ini pasti gara-gara kulit manggis, goood *ga nyambung*
Disisi lain, tingkat partisipasi masyarakat Indonesia untuk pemilihan presiden saat ini diperkirakan mencapai 80%. Waw, prestasi untuk kita sebagai bangsa yang sedang belajar demokrasi. Masyarakat kita mulai sadar berpolitik, sadar untuk ikut menentukan nasib bangsa. Suatu pencapaian luar biasa
Oke akhir kata yuk percayakan perhitungan suara ini kepada lembaga yang berwenang alias KPU. Saya yakin KPU pasti bisa menyelenggarakan dan menyelesaikan pemilu yang buesaar ini dengan baik. Yakin!
Komentar
Posting Komentar