Kamu dan hujan (1)


Tiba tiba mendung datang. Aku terkurung di kamar sendiri sekarang. Jendela di kamar mengirimkan butir-butir air masuk ke kamarku. Sejuk. Aku memandang keluar jendela. Terlihat pohon-pohon yang sengaja ditanam ibu basah oleh air hujan. Burung-burung pergi mencari perlindungan.Entah berapa lama lagi aku akan terdiam disini. Menunggu hujan reda. Oh iya, aku ingat sesuatu. Pelangi, dimana dia? Sudah lama aku tidak melihatnya. Aku sangat bahagia ketika melihat pelangi. Tujuh warna yang berbeda bersatu dan semuanya terlihat serasi. Itulah mengapa ketika aku ditanya guru TK dulu, “apa warna kesukaanmu?”,  aku menjawab “warna pelangi”. Bahkan, ketika TK aku sudah bisa menghafal warna pelangi: merah,jingga,kuning,hijau,biru,nila,ungu.

Hujan semakin deras. Air kiriman tuhan ini telah membantu ibuku. Ya, ibu tidak perlu repot-repot lagi menyiram semua tanamannya, setidaknya untuk hari ini. Ibuku memang sangat menyukai tanaman. Baik itu bunga, buah, tanaman hias bahkan tanaman toga. Seringkali ketika aku sakit, ibu memberiku ramuan dari tanaman toga yang ia tanam. Ibuku sangat hapal dengan semua khasiat dari tanamannya. Akupun heran, bagaimana ia tahu semua khasiat itu? Sekalipun, aku tidak pernah melihat dia membuka dunia maya, bahkan, telepon genggamnya saja sangat kuno. Pernah suatu ketika aku ingin membelikannya HP baru, namun ia menolak. Beliau beranggapan bahwa HP yang beliau miliki sekarang sangat bersejarah dalam hidupnya. Ibu berjanji, tidak akan berganti HP sampai HP yang beliau pegang sekarang rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Anehnya, meskipun dipakai bertahun-tahun HP tersebut tidak pernah rusak sekalipun. Perkataan ibu memang mujarab

“Shaqeela”

“Iya bu”

“Ibu mau pergi sebentar ke rumah Bu Azizah, tadi sudah janji”

“Tapi kan hujan bu”

“Nggak apa apa, ibu bawa mantel dan payung kok, hati-hati di rumah”

“Baiklah, hati-hati bu”

Hujan begitu derasnya tidak menyurutkan langkah ibuku pergi ke rumah Bu Azizah, teman akrabnya.  Kadangkala, Bu Azizah yang pergi ke rumahku. Sekedar untuk bersantai. Bu Azizah sangat berbeda dengan ibuku. Bu Azizah adalah seorang wanita karir yang kaya dan barang barang yang dipegangnya adalah barang mewah. Bhkan tak jarang, Bu Azizah pergi ke luar negeri hanya untuk membeli tas bermerek yang menjadi incarannya. Entahlah mengapa ibu dan Bu Azizah bisa klop dan menjadi teman yang akrab.

Hujan mulai reda. Kuputuskan untuk berkeliling kompleks rumah dengan naik sepeda. Aku mengayuh sepeda dengan santai sambil menghirup sisa-sisa bau hujan yang segar. Melihat taman-taman yang sepi, bunga-bunga yang mekar, dan rumput yang basah. Tiba-tiba ada seorang lelaki muda, gagah, sepertinya sebaya denganku, berjalan ke arahku. Siapa dia?

Oo0oO Bersambung Oo0oO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

len-jelenan ke bali jegeg

Inspirasi Perjuangan dari seorang Karmaka Surjaudaja

it's my favorite food, Rawon :)