Kamu dan Hujan (3)
Sudaah.. lupakan segala ceriitaa antara kita, ku
tak ingin, ku tak ingin, ku tak ingin kau terluka.. karena cintaa
Aku sangat
menikmati lagu ini. Tapi, aku juga penasaran siapa yang mengirim request ke
radio buat aku. Ibu? Mana mungkin? Ibu tidak pernah mendengarkan radio. Apakah
mungkin Miko? Ah mana mungkin, kita baru saja kenal. Dia pasti sibuk bercanda
dengan Dika. Aku sms ke semua teman yang mungkin melakukan ini, tapi mereka
semua sedang sibuk dan tidak mendengarkan radio sekarang. Hmm.. entahlah, yang
jelas aku menikmati lagu ini.
Ibu mengetuk
pintu kamarku
“Masuk bu”
“Shaqeela, nanti
malam Bu Azizah mau ke rumah lho, sama anak-anaknya. Anaknya yang pertama baru
datang dari Jerman. Hmm, siapa tau bisa jodoh sama kamu”
“Ah ibu, bisa
aja. Nggak mungkin lah bu”
Aku kaget.
Jerman? Jangan jangan.. ah mikir apa sih aku ini? Tidak mungkin sekebetulan
ini. Bukan. Pasti bukan.
“Shaqeela, kok
ngelamun?”
“Nggak kok bu,
aku cuma kaget aja, Bu Azizah mau datang sama anak-anaknya”
“Iya, mereka
pingin jalan-jalan, jadi sekalian aja ke rumah kita, kata Bu Azizah begitu”
“Hmm.. baiklah”
“Ibu mau masak
dulu ya, Bu Azizah sangat suka masakan ibu”
“Iya bu, aku
bantu ya?”
“Nggak usah, nanti
masakannya jadi nggak enak kalo ada kamu.. hahahahaha”
“Ah ibuu..”
Ibu memang selalu
bisa membuat aku tertawa. Akhirnya aku di kamar untuk mendengarkan radio lagi.
Setelah itu aku mandi dan berganti baju dengan pakaian yang lebih rapi karena
akan ada tamu kerumah. Sambil terus memikirkan apakah anak Bu Azizah itu Miko.
Hari sudah mulai
gelap. Untung, hujan sudah reda. Sambil menunggu Bu Azizah datang, aku dan ibu
bercanda dan mengobrol. Aku selalu tertawa. Ibu memang hebat.
Breem.. suara
mobil di depan rumah membuat aku dan ibu panik. Aku memutuskan pergi ke kamar.
Ibu membukakan pintu untuk Bu Azizah dan memanggilku keluar. Dengan malu-malu,
aku keluar kamar dan salim kepada Bu Azizah. Kemudian Bu Azizah memperkenalkan
anaknya. Astaga, Miko.
“Miko, kamu
anaknya Bu Azizah?”
“Lho, kalian udah
kenal toh,iya ini Miko, anak saya yang pertama dan ini Junas, anak saya yang
kedua”
“Hai, Shaqeela,
Iya ma, kemarin aku ketemu dia pas nyari rumahnya Dika”
“Wah, baguslah
kalau kalian udah kenal. Ayo silahkan duduk dulu. Shaqeela, ambilin minum ya”
“Iya bu”
Setelah memberi
minum, aku dan Miko pergi ke taman belakang. Kami mengobrol
“Nggak nyangka
ya, ternyata kita bertemu lagi, beneran deh aku nggak nyangka”
“Shaqeela,
beneran kamu nggak nyangka? Aku aja kemarin udah tau, mamaku bilang nama
anaknya Bu Shinta itu Shaqeela, ya langsung aku inget kamu, siapa lagi yang
punya nama unik kaya kamu”
“Sebenernya sih
udah nebak-nebak kalo anak pertama Bu Azizah yang baru datang dari Jerman itu
kamu, Miko”
“Hahahaha.. emang
yang baru datang dari Jerman ke Indonesia ini cuma aku? Tapi tebakan kamu bener
juga, hebat kamu”
“Bentar, yang
ngirim request lagu Raisa di radio buat aku, jangan-jangan kamu ya?”
“Kok tau sih?
Wiih jago ramal nih”
“Ya ampun, iseng
ya kamu, aku nggak bisa tidur, mikirin Mr X.. hahahaha”
“Hmm.. iya
sebenernya kemarin aku sama Dika bingung mau ngapain, akhirnya kita
kirim-kiriman request deh, dan yang kepikiran pertama di otak aku ya kamu”
“eh, hujan nih..
makin deras lagi, masuk yuk”
“Nggak, disini
aja.”
“Ini orang, kalo
kamu sakit gimana? Ayo masuk”
Miko menggengam
tanganku, menarik aku. Aku kembali duduk di taman dibawah pohon yang diguyur
hujan. Kami basah kuyup. Kurasa Miko mulai gila. Ternyata dia menyukai suasana
hujan dan dia sangat suka main hujan-hujanan. Seperti aku yang suka pelangi.
Dia menyatakan perasaannya kepadaku dibawah guyuran hujan. Ternyata apa yang
aku rasakan sama dengan apa yang dirasakan Miko. Akupun mengiyakan ajakan dia
untuk menjadi pacarnya. Aku kembali
teringat omongan ibu waktu itu di kamarku. Aku dan Miko akhirnya bersama, dan
mungkin berjodoh.
ooooo TAMAT ooooo
Komentar
Posting Komentar